Jumat, 16 Desember 2011
Kalbar Potensi Produksi Jabon
Pontianak
– Memperingati hari ulang tahun ke-11, Fakultas Kehutanan (Fahutan)
Universitas Tanjungpura (Untan) menyelenggarakan seminar bisnis dengan
tema “Bagaimana Memulai Bisnis Hutan Tanaman Mandiri” yang akan
diselenggarakan pada hari Minggu, 18 Desember 2011 pukul 08.00–12.00 WIB
di Hotel Orchardz Jalan AYani Pontianak.
Kegiatan tersebut diselenggarakan bekerja sama dengan Ikatan Alumni Fahutan Untan, Kadin Kalbar, Asosiasi Hutan Tanam Rakyat Mandiri Indonesia PT Rimba Borneo Hijau.
“Seminar ini akan memaparkan bagaimana cara berbisnis hutan tanaman khususnya jabon secara benar, sehingga menjamin hasil optimal,” ungkap Harry Tri Yoga, anggota Kadin Kalbar, Kamis (15/12).
Materi yang disampaikan oleh ahli silvikultur dan praktisi bisnis jabon ini, dikatakan Yoga akan memberi bekal yang lengkap baik secara teori maupun praktiknya. Sehingga sangat bermanfaat bagi yang ingin terjun di bisnis jabon atau yang mencari alternatif bisnis yang sangat menguntungkan.
“Kebutuhan kayu cenderung meningkat, sementara suplai kayu dari hutan alam makin berkurang. Sehingga untuk memenuhi kekurangannya harus dipenuhi kayu dari hasil budi daya,” jelasnya.
Jenis kayu jabon menjadi alternatif yang dipilih karena pertumbuhannya cepat, budi dayanya mudah, kualitas kayunya bagus, pemanfaatannya multiguna. Kalbar dianggap cocok untuk budi daya jabon karena lahannya sesuai dan cukup subur, topografinya sesuai, curah hujan dan sinar matahari melimpah. Apalagi jabon secara alami telah tumbuh di Kalbar sehingga adaptasinya tidak bermasalah.
“Dari segi pemasaran, jabon juga tidak bermasalah, karena banyak pabrik pengolahan kayu ada di Kalbar. Jarak angkut dekat dan akses ke berbagai daerah sasaran pemasaran cukup lancar,” jelas Yoga.
Mantan anggota DPRD Kalbar itu mengatakan, budi daya jabon juga relatif mudah dan murah. Dapat dilakukan dalam skala kecil oleh petani ataupun skala besar oleh pengusaha. Hal-hal di atas mengindikasikan kayu jabon ideal dikembangkan di Kalbar.
“Dari bisnis tanaman jabon ini, dengan modal Rp 40 juta per hektare, kita dapat meraup hasil minimal 1.000 persen yaitu Rp 400 juta dalam 6 tahun dengan potensi hasil sampai Rp 700 juta. Hasil yang luar biasa tentunya,” paparnya.
Menanam jabon, dikatakan Yoga, sama dengan menanam emas hijau atau menanam pohon berbuah emas karena sangat menguntungkan. Bisnis ini menjadi tren di seluruh Indonesia karena menjanjikan hasil yang luar biasa jika dilakukan secara benar.
“Bisnis ini juga ramah lingkungan, karena selain hasil yang menggiurkan, dengan menanam jabon kita juga menjaga kelestarian lingkungan dan memulihkan hutan yang rusak. Menanam jabon berarti berkebun uang dengan mendapatkan gratis udara yang bersih dan sejuk,” tegas Yoga. (dna)
Kegiatan tersebut diselenggarakan bekerja sama dengan Ikatan Alumni Fahutan Untan, Kadin Kalbar, Asosiasi Hutan Tanam Rakyat Mandiri Indonesia PT Rimba Borneo Hijau.
“Seminar ini akan memaparkan bagaimana cara berbisnis hutan tanaman khususnya jabon secara benar, sehingga menjamin hasil optimal,” ungkap Harry Tri Yoga, anggota Kadin Kalbar, Kamis (15/12).
Materi yang disampaikan oleh ahli silvikultur dan praktisi bisnis jabon ini, dikatakan Yoga akan memberi bekal yang lengkap baik secara teori maupun praktiknya. Sehingga sangat bermanfaat bagi yang ingin terjun di bisnis jabon atau yang mencari alternatif bisnis yang sangat menguntungkan.
“Kebutuhan kayu cenderung meningkat, sementara suplai kayu dari hutan alam makin berkurang. Sehingga untuk memenuhi kekurangannya harus dipenuhi kayu dari hasil budi daya,” jelasnya.
Jenis kayu jabon menjadi alternatif yang dipilih karena pertumbuhannya cepat, budi dayanya mudah, kualitas kayunya bagus, pemanfaatannya multiguna. Kalbar dianggap cocok untuk budi daya jabon karena lahannya sesuai dan cukup subur, topografinya sesuai, curah hujan dan sinar matahari melimpah. Apalagi jabon secara alami telah tumbuh di Kalbar sehingga adaptasinya tidak bermasalah.
“Dari segi pemasaran, jabon juga tidak bermasalah, karena banyak pabrik pengolahan kayu ada di Kalbar. Jarak angkut dekat dan akses ke berbagai daerah sasaran pemasaran cukup lancar,” jelas Yoga.
Mantan anggota DPRD Kalbar itu mengatakan, budi daya jabon juga relatif mudah dan murah. Dapat dilakukan dalam skala kecil oleh petani ataupun skala besar oleh pengusaha. Hal-hal di atas mengindikasikan kayu jabon ideal dikembangkan di Kalbar.
“Dari bisnis tanaman jabon ini, dengan modal Rp 40 juta per hektare, kita dapat meraup hasil minimal 1.000 persen yaitu Rp 400 juta dalam 6 tahun dengan potensi hasil sampai Rp 700 juta. Hasil yang luar biasa tentunya,” paparnya.
Menanam jabon, dikatakan Yoga, sama dengan menanam emas hijau atau menanam pohon berbuah emas karena sangat menguntungkan. Bisnis ini menjadi tren di seluruh Indonesia karena menjanjikan hasil yang luar biasa jika dilakukan secara benar.
“Bisnis ini juga ramah lingkungan, karena selain hasil yang menggiurkan, dengan menanam jabon kita juga menjaga kelestarian lingkungan dan memulihkan hutan yang rusak. Menanam jabon berarti berkebun uang dengan mendapatkan gratis udara yang bersih dan sejuk,” tegas Yoga. (dna)
Komentar
Posting Komentar